Selasa, 30 Juni 2009

Beyourself ...

Ada sedikit cerita sederhana yang dapat kita jadikan renungan...
Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan
mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya.
Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah.
Ia sudah lelah untuk berjuang. sepertinya setiap kali satu masalah selesai,
timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air
dan menaruhnya di atas api.
Setelah air di panci-panci tersebut mendidih.
Ia menaruh WORTEL di dalam panci pertama,
TELUR di panci kedua dan ia menaruh KOPI BUBUK di panci terakhir.

Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata.
Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar,
memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah.
Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk,
mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk
yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?"
"Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak.
Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu.
Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak.
Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya.
Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi.
Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.

Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?"
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama,
perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan.
Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.
Telur sebelumnya mudah pecah.
Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan.
Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik.
Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

"Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya.
"Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya?
Apakah kamu wortel, telur atau kopi?"
Apakah kamu adalah wortel ? yang kelihatannya keras,
tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah,
menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.
Apakah kamu adalah telur ?, yang awalnya memiliki hati lembut?
Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian,
patah hati, atau pemecatan menjadi keras dan kaku.
Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu
menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?
Ataukah kamu adalah bubuk kopi?
Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan,
untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius.
Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.
Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk,
kamu akan menjadi semakin baik dan bijaksana,
serta dapat membuat keadaan disekelilingmu juga menjadi baik.

Telur yang kosong

Jeremy terlahir dengan tubuh yang bengkok, dan otak yang lambat kerjanya.
Saat umur 12, ia masih dikelas 2, tampaknya tak mampu untuk belajar.
Pengajarnya, Doris Miller, sering dibuat mendongkol dan jadi jengkel.
Seenaknya ia meng-geliat2 sesukanya dibangku, ngiler, air liur bertetesan
dan berbunyi aneh2 - mengorok!

Terkadang, mendadak ia berbicara jelas dan berbunyi tersendiri, seakan
ada
seberkas sinar terang memasuki kegelapan otaknya. Namun, secara umum,
Jeremy
ini lebih sering jadi iritasi bagi gurunya.

Suatu hari ia memanggil orang tuanya, meminta mereka datang untuk
berkonsultasi. Saat pasutri Forester memasuki ruang kelas yang kosong
itu,
Doris berkata pada mereka, "Jeremy betul2 butuh tinggal dalam sebuah
sekolah
yang 'khusus'. Tidak fair dan kurang adil baginya kalau dikumpulkan
dengan
anak2 yang lebih muda yang tak bermasalah untuk belajar. Coba, umurnya
kan
beda 5 tahun lho, dengan murid2 lainnya."

Bu Forester menangis diam2, menutupi dengan tisyu, sementara suaminya
berbicara. "Nona Miller," katanya, "Dekat2 sini tidak ada SLB seperti
itu.
Lagian, akan menjadi suatu kejutan dan pukulan berat bagi Jeremy bila
kami
harus mengeluarkannya dari sekolah ini. Kami tahu ia sangat suka disini."
Doris masih tinggal duduk lama sekali setelah mereka itu pergi, menatap
kosong lewat jendela memandangi salju diluar.

Dinginnya seakan menyusup kedalam jiwanya. Betapa inginnya ia bersimpati
dengan suami istri Forester. Bagaimanapun juga, satu2nya anak mereka
berpenyakit yang tak tertolongkan. Sebaliknya, kurang adil pula
menahannya
dalam kelasnya. Ia masih punya 18 anak2 kecil lainnya yang harus diajar,
sedang Jeremy ini menjadi pengalih perhatian. Lagipula, ia tidak bakalan
bisa belajar membaca maupun menulis. Buat apa memboroskan lebih banyak
waktu
lagi untuk mencoba? Sementara ia merenungkan situasi ini, rasa bersalah
seakan meliputi dirinya. "Ah, apaan sih, kok aku disini ngomel dan
komplain,padahal masalah problem2ku kan tidak berarti dibandingkan apa
yang
ditanggung keluarga naas itu," pikirnya. "Ya Tuhan, tolonglah agar aku
bisa
lebih bersabar dengan Jeremy." Sejak hari itu, ia benar2 berusaha keras
mengabaikan segala bunyi2an aneh dan pandangan2 mata Jeremy yang kosong
hampa.

Kemudian suatu hari, bersusah payah ia menghampiri mejanya, menyeret kaki
cacatnya di belakang dia. "Bu Miller, saya cinta padamu," serunya, begitu
keras sehingga terdengar oleh seluruh kelas. Murid2 lainnya dengan suara
gelak ramai, tertawa ter-kekeh2, dan wajah Doris pun berubah jadi merah.
Tergagap ia berkata balik, "I-iya... Ibu tahu, i-itu baik sekali, Jeremy.
T-tapi k-kau sekarang kembali duduk lagi ya..."

Musim semi akhirnya tiba, dan anak2 begitu asyik membicarakan datangnya
Paskah. Doris menceritakan kisah Yesus, lalu untuk menekankan wacana
adanya
kehidupan baru yang melompat keluar, ia memberikan setiap murid sebuah
telur
plastik besar. "Jadi, sekarang ini," katanya pada mereka, "saya ingin
kalian
masing2 bawa pulang ini dan jangan lupa besok dibawa balik kesekolah,
dengan
mengisi sesuatu didalamnya yang menunjukkan kehidupan baru. Semua
mengerti?"

"Iya, mengerti Buuuu," semua anak2 sekelas menyahut bergairah sekali,
kecuali Jeremy. Ia mendengarkan penuh perhatian, matanya tak pernah lepas
dari wajahnya. Ia bahkan juga tidak mengeluarkan bunyi2an yang biasanya
aneh. Apakah ia mengerti apa yang ia ceritakan soal kematian dan
kebangkitan
Yesus? Apakah ia benar2 mengerti tugas yang diberikan? Mungkin ia perlu
memanggil orang tuanya dan menerangkan soal proyek itu. Malam itu, tempat
cuci piring didapur Doris mampet. Ia memanggil pemilik rumah dan menunggu
sejam sampai ia datang melancarkannya kembali. Setelah itu ia masih harus
belanja makanan, menyeterika blusnya, dan menyiapkan ujian perbendaharaan
kata untuk esok harinya. Ia samasekali lupa menilpon orang tua Jeremy.

Besoknya, 19 anak2 datang kesekolah s! ambil tertawa dan ngobrol,
sementara
mereka menaruh telur2 kedalam sebuah keranjang anyaman dimeja Nona
Miller.
Selesai dengan pelajaranan matematika, tiba saatnya untuk membuka semua
telur. Dalam telur pertama, Doris menemukan sekuntum bunga.
"Ya, tentu saja, sekuntum bunga memang pasti pertanda suatu kehidupan
baru," katanya. "Manakala tunas mulai menembus tanah, kita tahu musim
semi
ada disini." Seorang gadis kecil, duduknya dibaris pertama, melambaikan
tangannya. "Itu telurku, Bu Miller," teriaknya penuh semangat.

Telur selanjutnya berisi kupu2 plastik, begitu mirip asli. Doris
mengangkatnya tinggi2. "Kita semua tahu bahwa seekor ulat berubah dan
tumbuh
menjadi seekor kupu2 yang cantik. Benar, ini juga suatu kehidupan yang
baru." Si Judy kecil dengan bangga masang senyumnya dan berkata. "Bu
Miller,
yang itu punya saya lho...." Selanjutnya, Doris menemukan sepotong batu
yang
ditumbuhi mos, sejenis lumut2an. Iapun menerangkan bahwa mos, juga,
menunjukkan kehidupan. Billy berbicara dari belakang kelas itu, bergema
bunyinya, "Ya, Papa yang membantuku."

Lalu, Doris membuka telur keempat. Ia agak terperanjat, terkesima...
Lho, kok kosong tak berisi...
Wah, ini pastilah punya si Jeremy, dan sudah tentu, begitu pasti,
pikirnya,
ia tidak mengerti instruksi yang diberikan. Ah, seandainya ia tidak
sampai
lupa menilpon orang tuanya. Tiba2, Jeremy berbicara. "Bu Miller, kok ibu
tidak bercerita mengenai telurku?" Doris, yang jadi agak bingung,
menjawab,
"Tapi Jeremy, telurmu ini kan kosong?" Ia memandang kedalam matanya dan
perlahan sekali suaranya keluar, "Yah, tapi kubur Yesus kan juga kosong."
Waktu seakan berhenti.

Ketika ia bisa ber-kata2 lagi, Doris menanyainya, "Dan, tahukah kamu
mengapa kuburan itu kok kosong?" "Oh, iya, iya.." ujar Jeremy, "Yesus
dibunuh dan ditaruh disitu, lalu Bapaknya membangkitkan Dia." Bel
istirahat
berbunyi. Sementara semua anak2 berdesakan lari2 keluar kehalaman, !
Doris
menangis. Rasa dingin dalam hatinya mencair hilang seluruhnya..........

Tiga bulan kemudian, Jeremy meninggal. Mereka2 yang berbela sungkawa
kerumah duka diherankan ketika melihat 19 telur2 diatas peti matinya,
semuanya kosong.

From: Rick & Monica Valdes
Shared by Joe Gatuslao -- Philippines

keluarga Semut

Huh ... lelahnya aku,...seharian menyelesaikan
pekerjaan kantor yang tak habis-habisnya.
Kurebahkan tubuhku di lantai depan televisi, sementara
kubiarkan TV menyala untuk tetap menjaga agar aku
tidak terlelap. Suhu yang sedikit panas memaksaku
membuka kemeja dan membiarkan kulitku bersentuhan
dengan sejuknya lantai.

"aaauww ... brengsek!" gumamku
Segera kutepis sesuatu yang menggigit lenganku hingga
ia terjatuh di lantai, ternyata seekor semut hitam.

"Kurang ajar! Apa ia tidak mengerti kepalaku begitu
penat dan tubuhku ini seperti mau hancur? Apa ia juga
tidak tahu kalau aku sedang beristirahat?" pikirku
seraya kembali merebahkan tubuhku.

Tapi, belum sampai seluruh tubuh ini jatuh menempel
lantai, "addduuhhh!" Lagi-lagi semut kecil itu
menggigitku. Kali ini punggungku yang digigitnya dan
gigitannya pun lebih sakit. "heeeh, berani sekali
makhluk kecil ini," gerutuku kesal.

Ingin rasanya kulayangkan tapak tangan ini untuk
membuatnya mati tak berkutik 'mejret' di lantai. Namun
sebelum tanganku melayang, ia justru sudah
mengacung-acungkan kepalan tangannya seperti
menantangku bertinju. Kuturunkan kembali tanganku yang
sudah berancang-ancang dengan jurus 'tepokan maut',
kuurungkan niatku untuk menghajarnya karena kulihat
mulutnya yang komat-kamit seolah mengatakan sesuatu
kepadaku. Awalnya aku tidak mengerti apa yang
diucapkannya, tapi lama kelamaan aku seperti memahami
apa yang diucapkannya.

"Hey makhluk besar, anda menghalangi jalan saya! Apa
anda tidak lihat saya sedang membawa makanan ini untuk
keluarga saya di rumah ..." Rupanya ia begitu marah
karena aku menghambat perjalanannya, lebih-lebih
sewaktu punggungku menindihnya sehingga ia harus
terpaksa menggigitku.

Akhirnya kupersilahkan ia melanjutkan perjalanannya
setelah sebelumnya aku meminta maaf kepadanya. Susah
payah ia membawa sisa-sisa roti bekas sarapanku pagi
tadi yang belum sempat kubersihkan dari meja makan.
Kadang oleng ke kanan kadang ke kiri, sesekali ia
berhenti meletakkan barang bawaannya sekedar
mengumpulkan tenaganya sembari membasuh peluhnya yang
mulai membasahi tubuh hitamnya.

Kuikuti terus kemana ia pergi. Ingin tahu aku di pojok
mana ia tinggal dari bagian rumahku ini. Ingin
kutawarkan bantuan untuk membantunya membawakan
makanan itu ke rumahnya, tapi aku yakin ia pasti
menolaknya. Berhentilah ia di sebuah sudut di samping
lemari es sebelah dapur. Di depan sebuah lubang kecil
yang menganga, ia letakkan bawaannya itu dan kulihat
seolah ia sedang memanggil-manggil semut-semut di
dalam lubang itu. Satu, dua, tiga .... empat dan ....
lima semut-semut yang tubuhnya lebih kecil dari semut
yang membawa makanan itu berlarian keluar rumah
menyambut dengan sukaria makanan yang dibawa semut
pertama itu. Dan, eh ... satu lagi semut yang besarnya
sama dengan pembawa roti keluar dari lubang. Dengan
senyumnya yang manis ia mendekati si pembawa roti,
menciumnya, memeluknya dan membasuh keringat yang
sudah membasahi seluruh tubuh semut pembawa makanan
itu.

Hmmm ... menurutku, si pembawa roti itu adalah kepala
keluarga dari semut-semut yang berada di dalam lubang
tersebut. Kelima semut-semut yang lebih kecil adalah
anak-anaknya sementara satu semut lagi adalah istri di
pembawa roti, itu terlihat dari perutnya yang agak
buncit. "Mungkin ia sedang mengandung anak ke enamnya"
pikirku.

Semut suami yang sabar, ikhlas berjuang, gigih mencari
nafkah dan penuh kasih sayang. Semut istri tawadhu'
dan qonaah menerima apa adanya dengan penuh senyum
setiap rizki yang dibawa oleh sang suami, juga ibu
yang selalu memberikan pengertian dan mengajarkan
anak-anak mereka dalam mensyukuri nikmat Tuhannya.
Dan, anak-anak semut itu, subhanallah ... mereka
begitu pandai berterima kasih dan menghargai pemberian
ayah mereka meski sedikit. Sungguh suami yang
dibanggakan, sungguh istri yang membanggakan dan
sungguh anak-anak yang membuat ayah ibunya bangga.

tiba-tiba tubuhku menggigil, lemas
seperti tiada daya dan brukkk .... aku tersungkur.
Kuciumi jalan-jalan yang pernah dilalui semut-semut
itu hingga menetes beberapa titik air mataku. Teringat
semua di mataku ribuan wajah semut-semut yang pernah
aku hajar 'mejret' hingga mati berkalang lantai ketika
mereka mencuri makananku. Padahal, mereka hanya
mengambil sisa-sisa makanan, padahal yang mereka ambil
juga merupakan hak mereka atas rizki yang aku terima.

Air mataku makin deras mengalir membasahi pipi,
semakin terbayang tangisan-tangisan anak-anak dan
istri semut-semut itu yang tengah menanti ayah dan
suami mereka, namun yang mereka dapatkan bukan makanan
melainkan justru seonggok jenazah.

Ya,keluarga semut itu telah mengajarkan
kepadaku tentang perjuangan hidup, tentang kesabaran,
tentang harga diri yang harus dipertahankan ketika
terusik, tentang bagaimana mencintai keluarga dan
dicintai mereka. Mereka ajari aku caranya mensyukuri
nikmat Tuhan, tentang bagaimana perlunya ikhlas,
sabar,

Hari-hari selanjutnya, ketika hendak merebahkan tubuh
di lantai di bagian manapun rumahku aku selalu
memperhatikan apakah aku menghambat dan menghalangi
langkah atau jalan makhluk lainnya untuk mendapatkan
rizki. Ingin rasanya aku hantarkan sepotong makanan
setiap tiga kali sehari ke lubang-lubang tempat
tinggal semut-semut itu. Tapi kupikir, lebih baik aku
memberinya jalan atau bahkan mempermudahnya agar ia
dapat memperoleh dengan keringatnya sendiri rizki
tersebut, karena itu jauh lebih baik bagi mereka.

Rabu, 17 Juni 2009

Tuhan , luruskan hatiku

Susah sungguh hendak meluruskan hati
Berubah saja situasi
Diapun berubah pula
Susah sangat hendak dicorakkan
Didalam satu warna

Warna hati senantiasa berubah
Dia tidak mau istiqamah
Mudah sahaja tergugat oleh suasana
Apabila mendapat ujian kesusahan
Dia mulai gelisah
Jika ditambah lagi ujian
Jiwa bertambah parah
Manakala mendapat kesenangan
Bunganya bertambah merah dan cerah
Dia terlonta-lonta kegembiraan, lupa daratan
Dia terasa orang istimewa
Orang lain semuanya malang

Tuhan ! Luruskan hatiku
Di dalam sembarang situasi
Di waktu susah dan senang
Dimasa sempit dan lapang
Engkau jadikanlah hatiku
Didalam sembarang waktu tidak cacat dengan-Mu
Bahkan setiap kejadian yang berlaku menguatkan imanku


(Ibnu Mustarih)

Please Release Me

* Ada hal2 yang tdk ingin kita lepaskan, orang2 yang tdk ingin kita tinggalkan tapi ada saatnya dimana kita harus berhenti mencintai seseorang bukan karena orang itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu
akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.

* Ada hal2 yg tdk ingin kita lepaskan,org2 yg tdk ingin kita tinggalkan tp ada saatnya dimana kita hrs berhenti mencintai seseorg bkn krn org itu berhenti mencintai kita melainkan krn kita menyadari bahwa org itu akan lbh berbahagia apabila kita melepaskannya.

* Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika kebahagiaan kita sangat bergantung pada orang itu.

* Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika kita merasa dia itu ganteng, cantik, teristimewa dibandingkan dgn yang lain.

* Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika kita takut tidak dapat menemukan yang seperti dia.

* Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika begitu banyak saat2 indah senantiasa terbayang dibenak kita.

* Kita tidak ingin melepaskan seseorang ketika hati kita berkata "Saya sangat mencintainya".Ingatlah !! Melepaskan bukanlah akhir dari dunia melainkan awal dari suatu kehidupan baru...

* Kita harus melepaskan seseorang karena kebahagiaan kita tidak tergantung padanya.

* Kita harus melepaskan seseorang karena kita menyadari yang ganteng,yang cantik, yang istimewa belum tentu yang terbaik buat kita.

* Kita harus melepaskan seseorang karena kita tahu jika Tuhan mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik.

* Kita harus melepaskan seseorang ketika saat2 indah hanyalah tinggal masa lalu.

* Kita harus melepaskan seseorang karena kepala kita berkata "tidak ada lagi yang dapat dipertahankan".

Mengapa wanita menangis?

"Mengapa mama menangis ?", tanya seorang anak pria kepada Ibunya
. "Karena mama seorang wanita", jawab dia kepada anaknya yang berumur
12 tahun tersebut. "Apa maksud mama ? ...... aku tetap tidak mengerti",
kata si anak. Si ibu tidak meneruskan menjawab pertanyaan .... ,
sambil merangkul anaknya dia berkata, "Kamu tidak akan pernah mengerti
sayang ...., tapi ... sudahlah ... mama tidak apa-apa koq.

Kemudian ..... Ketika si anak menjumpai ayahnya, dia mencoba menanyakannya
kembali kepada ayahnya ... dia berkata "Papa, .... Mengapa mama
menangis sendiri tiba-tiba, kelihatannya tidak ada sebabnya ? ". Ayahnya
menjawab:

"Ayah tidak tahu mengapa, yah ... memang begitulah semua wanita,
suka diam-diam menangis, meskipun tidak ada masalah", hanya itu
yang dapat dikatakan ayahnya. Si anak diam termenung !

Anak laki itu bertumbuh dan menjadi pemuda ......, dia tetap bertanya
dalam hatinya ..." Mengapa wanita mudah menangis ? ". Akhirnya
dia memberanikan diri berdoa secara khusus dan menanyakan hal ini
kepada Tuhan setiap malam sebelum tidur .. " Tuhan .., mengapa wanita mudah
menangis ? "

Suatu hari Tuhan menjawab dalam bentuk "renungan pemikiran" kepada si pemuda:
" Ketika Aku menciptakan wanita, Aku telah memutuskan bahwa ia harus
menjadi sesuatu yang spesial. Aku membuat wanita pundaknya kuat
dan mampu untuk dapat menanggung beban masalah, ............. Aku
membuat pula lengannya mampu lembut untuk memberikan kenikmatan
....., Aku memberikan ia kekuatan di hatinya untuk memikul penderitaan
baik saat melahirkan ataupun hingga ia di tolak/dikecewakan oleh anaknya
sendiri.

Aku memberinya ketegaran yang memampukan ia untuk tetap melayani,
membimbing dan memperhatikan suaminya, anaknya ..... semua yang
ada di keluarganya, meskipun mungkin saat itu ia sangat capai, jenuh
dan lelah, .... ia tak akan menyerah untuk tetap memelihara keluarganya tanpa
mengeluh".

"Aku memberikannya kehalusan perasaan untuk senantiasa mencintai
anaknya, ..meskipun dan apapun keadaannya, ...... meskipun anaknya
sangat menyakiti hatinya, saat anaknya membuat kesalahan yang bodoh
ia dengan lembut akan tetap membimbingnya, ia akan menjadi penyejuk
dalam mengatasi masalah di keluarganya".

" Aku memberikan wanita kekuatan untuk mampu bertahan...., meskipun
karena kesalahan suaminya atau anaknya dia harus menanggungnya korban
disalahkan, ..... Aku membuat wanita dari tulang rusuk pria untuk
melindungi hati suaminya, Aku memberikan wanita kebijaksanaan untuk
mengetahui bahwa seorang suami yang baik tidak akan melukai istrinya,
meskipun kadang kekuatannya diuji , ketetapan hatinya untuk tetap
bertahan mendampingin keluarganya tetap akan tidak tergoyahkan".

"Untuk semua pekerjaan berat yang akan ia lakukan ..., Aku memberikan
wanita air mata untuk melegakannya untuk tetap bertahan. Air matanya
kelak akan di digunakan ketika dibutuhkan meredam keluhannya dan hanya itulah
kelemahannya "

" Ketika kamu melihat ia menangis, katakan padanya betapa besar
kamu mencintainya, dan .... kamu harus mengerti .... bahwa ia sedang
berusaha untuk bertahan untuk tetap mencintai kamu".

.... Aku sangat mencintaimu ..... , aku benar-benar mencintaimu,
.........." Meskipun ia akan tetap menangis, ucapannmu tersebut
akan dapat menolong melegakan perasaan hatinya lebih baik"

Wanita adalah ciptaan Tuhan yang istimewa dan luar biasa.

Landy Says,

Wahh cerita ini SUNGGUH LUAR BIASA.. soalnya aku baru nangis semalem.. T_T ya ya... mengapa aku menangis , pertama krn emang ngak tertahan kan lagi. kedua aku berusaha bertahan untuk tetap mencintai, ketiga aku berharap setelah airmataku kering kebahagiaan didepan mata.

Arti pengorbanan

Pada jaman dahulu hiduplah seorang pemuda di sebuah tempat yang jauh yang
bernama Tandow. Pemuda tersebut adalah seorang anak periang dan tidak
peduli terhadap sekelilingnya. Ia mempunyai sahabat kecil yang istimewa,
yaitu seekor burung kolibri biru. Ia tidak mempunyai banyak sahabat
karib,namun keduanya merupakan sahabat karib yang tak terpisahkan.

Pemuda itu demikian sayangnya terhadap si kolibri biru sehingga ia membuat
rumah-2an untuk burung tersebut.Si kolibri biru pun menyayangi pemuda sahabatnya
tersebut dan selalu terbang mengikuti ke mana saja si pemuda pergi.

Sejalan dengan berlalunya waktu, kasih sayang di antara mereka berdua juga
semakin bertambah-tambah. Sampai suatu hari pemuda tersebut bertemu dengan
seorang gadis yang cantik di sekolah. Gadis tersebut berambut pirang,
bermata biru, dengan senyumnya yang mungil menawan.

Saat itu acara pesta dansa terbesar sepanjang tahun di Tandow sedang akan
berlangsung. Si pemuda berpikir keras bagaimana caranya mengajak sigadis
untuk menjadi pasangannya di pesta dansa nanti. Sepanjang hari
ia mengumpulkan segenap keberaniannya. Akhirnya, saat sekolah
usai,ia menghampiri gadis itu dan mengajaknya ke pesta dansa.

Gadis ini adalah seorang gadis yang sangat populer di sekolahnya.Ia merasa
tidak enak bila harus terlihat bersama dengan seseorang yang sangat
memperhatikannya. Namun, ia tidak mau menyakiti hati pemuda tersebut.
Akhirnya si gadis menemukan cara agar ia tidak perlu menjawab dengan
kata-2'ya' atau 'tidak' terhadap ajakan si pemuda. Ia berkata kepada sipemuda
bahwa ia bersedia diajak ke pesta dansa olehnya jika si
pemuda membawakannya setangkai mawar merah. Hal ini menyakitkan hati sipemuda
sebab ia tahu bahwa di Tandow tidak pernah ada mawar berwarna merah.
Yang ada hanya mawar putih saja.

Si pemuda menggerutu sepanjang jalan menuju rumahnya. Dia tak habis berpikir mengapa si gadis tidak meminta mawar putih saja. Ada ratusan bunga mawar putih yang terhampar di halaman depan rumahnya.

Ia tidak menyadari sahabatnya si burung kolibri terbang mengikutinya sebab
ia sedang menyesali nasibnya. Si kolibri demikian menyayanginya sehingga
ia tahu bahwa sahabatnya itu sedang dirundung masalah. Burung tersebut
terbang mendekat sementara si pemuda meneruskan gerutunya sepanjang jalan.
Jelaslah sudah bagi si kolibri bahwa sahabatnya itu sedang mengalami masalah
yang amat serius. Burung itu tidak dapat beristirahat sepanjang
malam.

Ia memikirkan bagaimana cara menolong sahabatnya tersebut.Akhirnya, saat fajar menyingsing, si burung mendapatkan cara bagaimana ia dapat menolong si pemuda. Burung kolibri kecil itu terbang ke arah semak-2 mawar seraya mencari mawar putih paling besar yang batang berdurinya terletak tepat di atas bunganya. Setelah menemukannya, ia terbang menabrakkan dirinya yang kecil itu ke arah duri tersebut dengan segenap kekuatan sayapnya. Duri tersebut menusuk tubuhnya sedemikian rupa sehingga kesakitanlah ia. Tetesan darahnya yang bagaikan air mata berwarna merah itu mulai mengucur membasahi kelopak bunga mawar berwarna putih tersebut.

Ketika si pemuda bersiap-2 pergi ke sekolah dilihatnya setangkai mawar
berwarna merah ada di tengah-2 semak bunga mawar putih. Ia tidak
dapat mempercayai matanya. Ia berlari ke arah mawar merah tersebut serta
mencabut tangkainya. Dalam suka citanya ia tidak melihat seonggok tubuh
kecil tak bernyawa yang tergeletak di tengah genangan darah di bawah semak-2.

Dengan gembiranya ia membawa mawar merah itu ke sekolah. Sebelum ia
sampai di sekolah, sekumpulan anak-2 muda yang sedang bermain sepak
bola dilapangan memanggilnya untuk turut bermain bola dengan mereka.
Jawaban pertama yang terlintas di benaknya adalah menolak ajakan tersebut
karena ia memiliki pekerjaan yang lebih penting dari hanya sekedar bermain
bola.

Namun, anak-2 tersebut terus mendesaknya bermain sebab mereka sangat
membutuhkan dirinya agar kedua kesebelasan menjadi genap jumlah
pemainnya.Ia melihat ke arah mawar merah, kemudian berpaling ke arah anak-2 itu,
lalu kembali menoleh ke arah mawar merah. Akhirnya ia berkata kepada
dirinya sendiri, "Ah!!! Bukankah si gadis toh tidak terlalu suka pergi dengan
aku?"

Ia lalu membuang mawar merah tersebut dan berlari ke arah kerumunan anak-2
untuk turut bermain sepak bola.

Landy says,

aku lebih respect ke si burung kolibri, dia tidak tahu apa yang dia korbankan? Ya seperti halnya kita,sudah terabaikan and masih aja mau melakukan hal-hal yg PERCUMA. Tidak ada penghargaan terhadap pengorbanan yang "tidak diharapkan" .

Belajar untuk memaafkan dan melupakan

sebuah cerita mengenai dua orang sahabat yang berjalan melalui gurun pasir.Pada suatu kali dalam perjalanan itu, mereka bertengkar,dan salah seorang
dari mereka menampar pipi yang lain. Orang yang mendapat tamparan terluka hatinya, tapi dengan tanpa mengatakan sepatah kata pun, ia menulis di pasir:

"HARI INI TEMAN BAIKKU MENAMPAR PIPIKU"

Mereka melanjutkan perjalanan sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi di sana. Waktu itu orang yang menerima tamparan dan sakit hatinya, tenggelam dan temannya berhasil menyelamatkannya. Setelah pulih dari rasa takutnya, ia menulis di sebuah batu:
"HARI INI TEMAN BAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU".

Teman yang telah menampar dan menyelamatkan sahabatnya, bertanya,
"Mengapa setelah saya menyakitimu kamu menulis di pasir, dan sekarang kamu menulis
di batu?"

Yang ditanya tersenyum dan menjawab:
"Saat seorang teman menyakiti kita,kita harus menuliskannya di pasir, dimana angin maaf akan bertugas menghapusnya, dan saat sesuatu yang hebat terjadi, kita harus memahatnya
di batu kenangan di hati, dimana tidak ada angin yang dapat menghapusnya."

Belajarlah untuk menulis di pasir.

Landy say's

cerita ini bagus banget, bagi aku pribadi memaafkan and melupakan kesalahan orang adalah dua hal yang paling sulit untuk di lakukan. Apalg kalau aku bener-bener merasa sangat di sakiti, di khianti, di kecewakan. Akankah aku bisa menulis di atas pasir?